PENYAKIT DEMAM BERDARAH
1. Etiologi
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus , menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian , penyebab penyakit adalah virus yang menggangu pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan- perdarahan.
2. Gejala Penyakit
Gejala penyakit DBD adalah:
1. Mendadak panas tinggi selama 2 - 7 hari, tampak lemah lesu suhu badan antara 38ºC sampai 40ºC atau lebih.
2. Tampak binti-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang.
3. Kadang-kadang perdarahan di hidung ( mimisan).
4. Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
5. Tes Torniquet positif
6. Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura
7. Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lumbung
8. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin Berkeringat Perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya
9. Hematemesis atau melena
10. Trombositopenia ( =100.000 per mm3)
11. Pembesaran plasma yang erathubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari:
1. Kenaikan nilai 20% hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin
2. Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan
3. Tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo -proteinaemia
3. Cara Penularan
Penyakit Demam Berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus Dengue. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti:
1. Berwarna hitam dan belang- belang ( loreng) putih pada seluruh tubuh
2. Berkembangbiak di tempat penampungan air ( TPA) dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti: bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, ban bekas, dll.
3. Nyamuk aedes Aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan /got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah
4. Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari
5. Mampu terbang sampai 100 meter
4. Kewaspadaan Masyarakat
Bila masyarakat menjumpai anggota keluarga atau tetangga dilingkungan dengan gejala diatas segera dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan trombosit.
5. Pencegahan Penyakit
Pencegahan dilakukan dengan :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan
3. Abatisasi
6. Pengobatan
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau antipiretika.
7. Sistem Kewaspadaan Dini
Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Bila PE positif maka hal yang dilakukan adalah:
• Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih, ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD Positif atau ada 1 penderita DBD meninggal
• Daerah KLB/ wabah DBD
[Top]
MALARIA
1. Etiologi
Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium Masa tunas/inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
2. Gejala Penyakit
Gejala klasik adalah : suatu parokisme yang terdiri dari 3 stadium, yaitu :
• Mengigil 15 - 60 menit
• Demam 2 - 6 jam
Timbul setelah penderita mengigil, demam biasanya suhu sekitar 37,5 - 40 derajat, pada penderita hiper parasitemia (> 5%) suhu meningkat sampai > 40 derajat celsius berlangsung
• Berkeringat selama 2-4 jam, timbul setelah demam terjadi akibat gangguan metabolisme.
4. Cara Penularan
Penyakit Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit:
• Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika.
• Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana
• Plasmodium malarie penyebab malaria quartiana
• Plasmodium ovale jarang ditemukan di Indonesia
Ciri-ciri penyakit malaria adalah : sewaktu mengigit akan membentuk sudut sekitar 45 derjat.
5. Siklus Parasit Malaria
Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke erotrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit
6. Kewaspadaan Masyarakat
Bila masyarakat menjumpai anggota keluarga atau tetangga dilingkungan dengan gejala diatas segera dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan darah tepi.
7. Pencegahan Penyakit
Pencegahan dilakukan dengan :
• Pemberantasan Sarang Nyamuk yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
• Pemberian ikan kepala pada tempat jentik nyamuk anopheles tinggal
• Larvasasi tempat perindukan nyamuk anopheles.
• Penggunaan kelambu
• Menggunakan revelen sewaktu keluar / bekerja di luar rumah pada daerah endemis malaria.
8. Pengobatan
Pengobatan tergantung sensifitas dan jenis penyebabnya, dapat dipilih obat anti malaria yang paling tepat untuk setipa. Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk penderita malaria, masyarakat yang akan berangkat kedaerah endemis dan masyarakat yang datang dari daerah endemis.
9. Sistem Kewaspadaan Dini
Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Bila PE positif maka hal yang dilakukan adalah:
• Spraying dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, yaitu sekitar 20 rumah dari kasus indeks.
• Daerah KLB/ wabah DBD
[Top]
TUBERKULOSIS
1. Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.
2. Gejala Penyakit
Gejala penyakit tuberkulosis adalah : batuk lebih dari 3 minggu, demam, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan, berat badan menurun.
3. Cara Penularan
Penyakit ini dapat tertular kepada orang melalui udara yang mengandung kuman tbc.
4. Kewaspadaan Masyarakat
Bila masyarakat menjumpai anggota keluarga atau tetangga dilingkungan dengan gejala diatas segera dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan dahak si penderita.
5. Pencegahan Penyakit
Pencegahan dilakukan dengan :
• Perbaikan gizi
• Pengadaan rumah sehat dengan ventilasi yang memadai.
• Perilaku hidup bersih dan sehat
6. Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada tipe penderita (baru, do, gagal dan kambuh). Pada pemeriksaan pertama kali di Puskesmas pasien dikenai biaya administrasi, tetapi setelah diketahui pasien positip tb maka penderita tidak dikenai biaya pengobatan dan obat gratis.
7. Sistem Kewaspadaan Dini
Penderita yang positip Tb setelah pemeriksaan dahak, akan dilakukan kunjungan ke rumah penderita untuk pemeriksaan kontak serumah.
[Top]
HIV/AIDS
1. Etiologi
AIDS (Aquared Immune Defeciency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat.
2. Gejala Penyakit
Gejala mayor : berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
• Diare khronis lebih dari 1 bulan
• Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
• Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
Gejala minor
• Batuk menetap lebih dari 1 bulan
• Gangguan kulit pada seluruh tubuh
• Herpes zoster berulang
• Herpes simpleks kronis
• Pembesaran kelenjar limpa
• Infeksi jamur pada alat kelamin wanita
• Jamur di sekitar mulut
3. Cara Penularan
Penyakit ini dapat tertular melalui hubungan seksual, melalui jarum suntik, ibu ke bayinya, transfusi darah.
4. Kewaspadaan Masyarakat
Untuk menghindari tertular HIV/AIDS maka masyarakat harus menghindari hubungan seks secara bebas atau memakai kondom sewaktu melakukan hubungan seksual. Bagi pemakai narkoba dengan jarum suntik, maka tidak memakai jarum suntik secara beramai-ramai.
5. Pencegahan Penyakit
Melakukan seks yang baik dan aman. Tidak menjadi pengguna narkoba Tidak melakukan transfusi darah tanpa skrining Test HIV sebelum menikah, sebelum dan setelah melahirkan. Skrining terhadap donor darah. Orang dengan HIV/AIDS tidak melakukan donor darah.
6. Pengobatan
Pengobatan pada penderita HIV/AIDS sejauh diketahui obat yang efektif untuk membunuh virus HIV/AIDS.
[Top]
ANTHRAX
1. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri gram positip yang disebut Bacillus anthracis, yang biasanya menyerang hewan seperti sapi, kuda, kambing, burung unta.
2. Gejala Penyakit
1. Anthrax kulit
Bila penularan melalui kulit atau selaput lendir. Timbul bercak kemerahan pada daerah kulit yang cepat berubah menjadi bintil atau benjolan yang berair dengan warna ungu kehitaman di bagian tengahnya. Kulit disekitarnya membengkak dan muncul bintil-bintil baru, kelenjar getah bening disejitarnya membesar. Benjolan bagian tengah akan mengalami necrosis dan pecah. Penderita mengalami lesu dan demam sakit kepala, mual dan muntah. Bila kuman sudah menjalar ke pembuluh darah maka akan tejadi sepsis .
2. Anthrax Paru-paru
Bila melalui udara pernafasan penderita akan mengalami demam, sakit kepala dan lemah sesak nafas. Pada pemeriksaan paru-paru menunjukkan pnemonia.
3. Anthrax Sepsis
Merupakan kelanjutan kedua bentuk diatas, atau kadang-kadang terjadi secara langsung tanpa melalui bentuk diatas. Pendedrita berkeringat, sianosis, dan syok. Pada kasus tertentu dapat mengalami radang selaput otak (meningitis haemorhagika)
3. Cara penularan.
Penyakit ini dapat tertular kepada manusia bila :
1. Mengkonsumsi makanan yang terinfeksi bakteri yang masih hidup pada daging hewan sakit yang dimasak kurang sempurna atau spora dalam daging tersebut.
2. Bersentuhan dengan bahan atau produk (daging, darah dsb) yang berasal dari hewan sakit tersebut melalui luka pada kulit sekalipun sangat kecil luka tersebut (mikroskopis).
3. Menghirup spora melalui pernafasan
4. Pencegahan
1. Membakar bagian tubuh hewan yang diduga terjangkit penyakit anthrax
2. Menghindari kontak dengan bagian/produk dari hewan yang sakit anthrax
3. Menghindari kontak dengan udara yang mengandung spora anthrax
4. Menghindari mengkomsumsi daging hewan yang sakit.
5. Pengobatan
Penderita anthrax diobati dengan anti biotik yang paling tepat untuk setiap kasus, demam diturunkan dengan kompres dingin atau dengan pemberian anti piretika
6. Kewaspadaan Dini
Bila anggota keluarga dari masyarakat atau tetangga terdekat dilingkungannya menderita penyakit dengan gejala diatas, segera dibawa ke UPK terdekat.
[Top]
DIARE
Defenisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Faktor yang mempengaruhi diare :
Lingkungan Gizi Kependudukan
Pendidikan Sosial Ekonomi Perilaku Masyarakat
Penyebab terjadinya diare :
Peradangan usus oleh agen penyebab :
1. bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
3. Kurang gizi
4. Alergi terhadap susu
5. Immuno defesiensi
Cara penularan :
1. Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
Istilah diare :
Diare akut = kurang dari 2 minggu
Diare Persisten = lebih dari 2 minggu
Disentri = diare disertai darah dengan ataupun tanpa lendir
Kholera = diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera
Tatalaksana penderita diare yang tepat dan efektif :
Tatalaksana penderita diare di rumah
• Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila ada berikan oralit)
• Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra sesudah diare.
• Membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari tidak membaik atau :
1. buang air besar makin sering dan banyak sekali
2. muntah terus menerus
3. rasa haus yang nyata
4. tidak dapat minum atau makan
5. demam tinggi
6. ada darah dalam tinja
Kriteria KLB/Diare :
- Peningkatan kejadian kesakitan/kematian karena diare secara terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu). - Peningkatan kejadian/kematian kasus diare 2 kali /lebih dibandingkan jumlah kesakitan/kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu). - CFR karena diare dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan priode sebelumnya.
Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.
1. masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
Tim Gerak Cepat (TGC) :
Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :
• Pengamatan :
• pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
• Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga
• Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.
• Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi penyebarannya
• Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan di lapangan.
• Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga
• Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap
2. Pembentukan Pusat Rehidrasi
Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
Tugas pusat rehidrasi :
1. Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.
2. Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.
3. Memberikan data penderita ke Petugas TGC
4. Mengatur logistik
5. Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.
6. Penyuluhan bagi penderita dan keluarga
7. Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).
8. Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb
[Top]
INFEKSI SALURAN NAFAS AKUT (ISPA)
I. Defenisi
ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru.
II. Klasifikasi dan Diagnosis dalam Penangulangan P2ISPA
1. Kalsifikasi Pnemonia dan bukan pnemonia Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok, yaitu :
• Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat, pnemonia dan bukan pnemonia.
• Kelompok umur <2 bulan , klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat dan bukan pnemonia.
2. Diagnosis Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekwensi nafas(nafas cepat) sesuai umur. Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekwensi pernafasan dengan menggunkan sound timer. Batas nafas cepat adalah :
• pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih
• pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 40 kali per menit atau lebih
• pada anak usia kurang 2 bulan frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih.
Diagnosis pnemonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan diagnosis pnemonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum. Pada klasifikasi bukan penmonia maka diagnosisnya adalah : batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.
III. Etiologi
1. Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
2. Etiologi Pnemonia Penyebab pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan Hemopillus inluenzae.
IV. Pencegahan
Pencegahan penyakit pnemonia dapat dilakukan dengan
• Pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai
• Perilaku hidup bersih dan sehat
• Peningkatan gizi balita
V. Deteksi Dini oleh Masyarakat / Kader
Bila kader/masyarakat menemukan balita dalam keadaan batuk, sukar bernafas segera dibawa ke Puskesmas/UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
VI. Pengobatan
Semua penderita pnemonia diberi antibiotk .
VII. Sistem Kewaspadaan Dini
Bila terjadi peningkatan kasus pada suatu wilayah segera dilakukan intervensi oleh Puskesmas dengan melakukan care seeking (kunjungan rumah) dan melakukan pengobatan.
[Top]
KUSTA
1. Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi dengan tanda di kulit
2. Cara Penularan
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara yang mengandung kuman leprae yang dihirup oleh manusia atau bersentuhan langsung dengan luka penderita kusta tipe basah.
3. Jenis/Type Penyakit Kusta
1. Tipe MB (Tipe Basah), Merupakan tipe yang dapat menularkan kepada orang lain. Dengan tanda - tanda :
• Bercak keputihan atau kemerahan tersebar merata diseluruh badan.
• Dengan atau tanpa penebalan pada bercak
• Pada permukaan bercak, sering masih ada rasa bila disentuh dengan kapas.
• Tanda-tanda permulaan sering berupa penebalan kulit kemerahan pada cuping teling dan muka.
2. Tipe PB ( Tipe Kering) Tipe ini tidak menular tetapi dapat menimbulkan cacat bila tidak segera diobati. Tanda-tandanya : bercak putih seperti paru yang mati rasa, artinya bila bercak tersebut disentuh dengan kapas tidak terasa atau kurang terasa.
4. Pengobatan
Penyakit kusta dapat diobati dan bukan penyakit turunan/kutukan.
Tipe MB lama pengobatan : 12 - 18 bulan.
Tipe PB lama pengobatan : 6 - 9 bulan
Pengobatan Kusta dapat dilakukan pada Puskesmas/Rumah Sakit/ UPK yang melakukan pengobatan kusta. Semua pengobatan kusta di Puskesmas/UPK/Rumah Sakit di dapat secara gratis.
5. Kewaspadaan Masyarakat
Bila masyarakat / tetangga dilingkungan tetangga terdekat menemukan gejala atau tanda penyakit tersebut diatas segera dibawa ke Puskesmas/UPK/Rumah Sakit untuk mendapat pengobatan.
[Top]
LEPTOSPIROSIS
I. Defenisi
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.
II. Sumber Penularan
Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.
III. Cara Penularan
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.
IV. Gejala Klinis
1. Stadium Pertama
• Demam menggigil
• Sakit kepala
• Malaise
• Muntah
• Konjungtivitis
• Rasa nyeri otot betis dan punggung
• Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
Gejala yang Kharakteristik
• Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
• Rasa nyeri pada otot-otot
2. Stadium Kedua
• Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
• Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
• Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
• Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
Komplikasi Leptospirosis
• Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
• Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
• Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
• Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
• Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
• Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
V. Pencegahan
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
2. Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.
3. Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
4. Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
5. Menjaga kebersihan lingkungan
6. Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
7. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
8. Menghindari pencemaran oleh tikus.
9. Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
10. Meningkatkan penangkapan tikus.
VI. Pengobatan
• Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline)
• Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine.
• Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%.
• Segera berobat ke dokter terdekat.
VII. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.
Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke Puskesmas / UPK terdekat untuk mendapat pengobatan
VIII. Sistem Kewaspadaan Dini
Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit (SARS) ke Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
IX. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis cenderung meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambulan darah bagi penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar