Mahasiswa mengeluhkan fasilitas di fakultasnya. Khusus medis kompleks, secara kasat mata area ini dianggap sebagai anak emas dalam upaya pembangunan.
“Perbaiki AC…!! Jangan hanya dipajang” tulisan itu dibuat indah dengan corak hitam gelap. Disampingnya terdapat pula tulisan “WC bau, rusak, tidak ada airnya, bubarkan fakultas!!” warnanya juga hitam namun sedikit lebih acak dibanding tulisan disebelahnya. Ini bukan sekedar tulisan. Coretan-coretan ini adalah bentuk protes mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE).
Tak hanya persoalan toilet atau Air Conditioner (AC), sejak pertengahan Desember silam, sejumlah ruangan FE pun tidak lagi mendapatkan aliran listrik. Akses internet mengalami kelumpuhan di area kantin hingga himpunan. Inilah gambaran fasilitas umum di Fakultas Ekonomi, Selasa (4/01). “Ada diskriminasi pembangunan,” keluh Nova, salah seorang mahasiswi FE.
Beralih ke Fakultas Ilmu Budaya (FIB), senada kondisi di FE, fakultas ini pun kerap dijumpai tulisan-tulisan yang menuntut perbaikan fasilitas. Toilet tak dapat digunakan, AC hanya sekedar pajangan di ruang kuliah, hingga ruang perkuliahan yang tak memadai menjadi keluhan yang kerap terdengar di kalangan mahasiswa. Uun Muhlis Saputra, Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2008 juga mengeluhkan hal itu. “Ruangan kelas ada yang tidak memadai, sehingga terkadang kita mengambil kursi dan duduk di luar pintu kelas,” tuturnya, Selasa (4/01).
Berbagai keluhan terkait masalah fasilitas juga sering terdengar dari mahasiswa eksakta. Januar, Mahasiswa Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) juga mengeluhkan alat praktikum seperti mikroskop yang terdapat di lab Biologi Laut sangat minim. Menurutnya, seharusnya untuk dua orang mahasiswa menggunakan satu buah mikroskop. Namun, untuk 40 praktikan hanya disediakan dua buah mikroskop. Hal inilah yang sering menghambat kegiatan praktikum maupun penelitian di lab FIKP. Tak hanya itu, mahasiswa juga mengeluhkan biaya penyewaan tabung dan alat menyelam yang dipakai untuk tiap kali penyelaman sebesar Rp 20 ribu per alat.
Kondisi yang lebih ironi dialami oleh sebagian besar mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), khususnya Jurusan Biologi. Selain alat praktikum yang dibutuhkan tidak lengkap, keterbatasan bahan pun membuat mahasiswa harus rela merogoh kocek untuk membeli bahan di Lab Kimia. Akibatnya, laporan yang dibuat “asal-asalan” karena tidak maksimalnya proses praktikum. “Karena proses praktikum yang tidak maksimal, maka contoh laporan (colap) pun menjadi alternatif dalam penulisan laporan,” ungkap Tina (samaran), mahasiswi Jurusan Biologi Angkatan 2008.
Pemandangan berbeda terlihat di medis kompleks (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, red). Ruangan kuliah yang dilengkapi dengan AC, LCD, dan speaker, serta kursi yang empuk di Fakultas Kedokteran (FK) membuat kegiatan perkuliahan berjalan maksimal. Mahasiswa pun lebih nyaman saat mengikuti perkuliahan di fakultas ini. Hampir tak ada keluhan yang terlontar dari mereka. Demikian pula yang diungkapkan oleh sebagian besar mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). “
Gambaran kondisi ini menjadi cerita panjang dari rentetan masalah pemerataan pembangunan fisik maupun kelengkapan fasilitas yang ada di tiap fakultas. Hal ini secara tidak langsung menimbulkan riak-riak kecemburuan di kalangan mahasiswa yang selama ini menggunakan fasilitas yang terbatas. “Pembangunan seakan lebih condong pada area medis kompleks,” keluh Ismi, Mahasiswi Teknik Kelautan.
Menanggapi keluhan itu, Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus Patturusi SpB SpBO mengatakan, pembangunan di universitas tidak hanya di medis kompleks. “Kalaupun pembangunan dan fasilitas di FK terlihat lebih maju dan lengkap, hal itu kembali pada pengelolaan di FK sendiri,” paparnya. Bahkan, berdasarkan penuturan Idrus, setiap tahunnya FK mensubsidi sejumlah pembangunan di fakultas lain, seperti pembangunan Industrial Buiding, Teaching Farm, Aula Mattuladda FIB, dan sebagainya, ujarnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (5/01).
Saat dimintai tanggapannya, Dr Ir Khusnul Yakin MSc selaku pengamat pendidikan mengatakan bahwa bidang-bidang ilmu multidisiplin juga mesti diperhatikan pengembangannya. Ia juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi salah satu lab yang terdapat di Jurusan Perikanan, yaitu lab Pengelolaan Lingkungan Perairan, yang saat ini tak lagi beratap.
Lagi menurutnya, terkait lab, ia membenarkan belum terciptanya atmosfer pendidikan yang baik. Khusnul mengungkapkan, belum ada satupun lab yang terstandardisasi, selain lab yang digunakan di FK. Hal ini, tambahnya, secara tidak langsung menimbulkan kesenjangan antar fakultas. “Seharusnya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada satu atau beberapa fakultas saja, tapi interkoneksitas antar fakultas juga mesti dikembangkan,” jelasnya saat dihubungi via telepon. (Sym,Dil/Arm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar