Ada sebuah unsur kimia, sebut saja unsur X. Sebagaimana unsur yang lainnya, X terdiri dari inti dan kulit yang mengelilinginya. Di inti terdapat neuron dan proton, sedang di tiap kulitnya terdapat electron dengan tingkatan energy yang berbeda-beda.
Unsur ini hanya memiliki empat kulit dan di setiap kulit itu terdapat sejumlah electron. Di kulit pertama yang paling dekat dengan inti terdapat enam electron, kulit kedua juga enam, dan kulit ketiga ada delapan electron. Karena unsur ini bukan termasuk gas mulia (golongan VIII A), maka ia selalu melepas ataupun menerima electron di kulit terluarnya agar konfigurasinya bisa stabil seperti yang dimiliki oleh si gas mulia itu (memiliki 2 atau 8 elektron di kulit terluarnya).
Dalam kimia unsur, ada dua kaidah yang salah satunya harus dipenuhi oleh sebuah unsur agar stabil. Kaidah itu bernama duplet dan oktet. Melihat situasi dan kondisi dari unsur X ini, maka kaidah yang paling mungkin dipenuhinya adalah kaidah oktet (memiliki 8 elektron di kulit terluarnya).
Aku sendiri adalah sebuah elektron yang terdapat di kulit terluar dari unsur X ini. Nah, sebagaimana yang kita ketahui pada sifat unsur, semakin jauh jarak electron dari inti, maka semakin sedikit energy yang diperolehnya dan semakin lemah tarikan inti terhadapnya. Sehingga kemungkinan elektron ini untuk lepas sangat besar.
Lepasnya electron ini mungkin saja disebabkan karena adanya ikatan yang lebih kuat dari unsur lain yang juga berusaha untuk mencapai keadaan stabil. Atau mungkin disebabkan oleh kemungkinan-kemungkinan lain yang hingga saat ini tak juga kumengerti.
Di kulit terluar yang sedang kutempati ini, terdapat orbital-orbital atau bahasa gampangnya ruangan-ruangan di mana tiap orbitalnya ditempati oleh maksimal dua electron, begitu pula di kulit-kulit yang lainnya. Dulu, tepatnya tanggal 8 Mei 2010, di kulit terluar ini terdapat 15 orbital (sangat tidak masuk akal bagi sebuah unsur, tapi biarlah, karena ini hanya sebuah analogi). Itu artinya, terdapat 30 elektron. Saat ini, 15 Agustus 2010, sekitar empat bulan setelah pertemuan electron-elektron itu, hanya tersisa sekitar 11 elektron. Ke mana perginya electron yang lain???
Seperti yang kukatakan sebelumnya, banyak hal yang membuat electron-elektron itu terlepas satu demi satu. Tarikan yang lemah dari inti karena jarak atau jari-jari yang terlalu besar, energy yang diperoleh sangat sedikit, atau adanya tarikan yang lebih kuat dari unsur lainnya adalah kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.
11 elektron yang masih kekeh berada di kulit terluar itu bisa saja mereduksi. Bisa saja, mereka juga mengalami apa yang telah dialami oleh elektron lainnya yang kini telah tereksitasi keluar dari unsur X ini. Tidak terkecuali aku. Meskipun aku yakin kemungkinan mereduksi itu pasti akan terjadi agar unsur ini tetap berada dalam keadaan stabil, hanya memiliki 8 elektron di kulit terluarnya.
Namun, untuk rekan-rekan electron kulit terluar lainnya, satu hal yang masih bisa menjadi spirit adalah harga yang terlalu murah dari sebuah kata ‘mundur’, ‘berhenti’, ‘menyerah’, atau apapun redaksi katanya. Sekali lagi, harga yang terlampau murah untuk membayar waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan hal lainnya yang selama ini telah rela kalian sisihkan demi mendapat sedikit energy dari inti unsur X ini. Kalaupun ada unsur lain yang menawarkan energy yang lebih besar dari unsur yang kini kita tempati, ingatlah elektron-elektron lain yang selama ini bersama-sama denganmu berputar mengelilingi inti….
[Catatan hati dari sebuah electron kulit terluar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar