Maaf jika aku baru tersadar,
Bahwa sudah terlalu banyak keringat yang keluar dari kulitmu
Hingga tak mampu aku seka walau dengan sejuta handuk
Karena sudah membanjiri dan menggenangi setiap lantai yang kupijak
Maaf jika aku kini tercenung,
Karena terperangah oleh gundukan kebijakan
Yang telah kau pikirkan, katakan, dan kau lakukan
Hingga rasanya tiap kepatuhan yang telah kulakukan
Tak mampu untuk membayar semuanya
Maaf jika aku baru melihat,
Banyaknya luka di otak dan tubuhmu
Tersayat oleh segala kekurangan dan ketidakberdayaanku
Terhujam dan tertikam oleh tindak tanduk yang tiada berkenan
Maaf jika aku tidak memperhatikan,
Berjuta keluh dan lenguh lelah yang kau teriakkan di kesunyian kala sendiri
Sembunyi agar tiada dari anakmu terbangun karenanya di tengah malam
Dan kembali ke dunia mimpi dengan ketidakberdayaan jiwa
Aku tahu engkau telah hidup di dua alam sejak dulu….
Siang kau sibuk bagai semut yang tak kenal lelah,
Dan malam kau beterbangan bagai kelelawar lapar yang tak kenal bosan mengepak sayap
Aku juga tahu bahwa kau telah tutupi sakit dan perihmu
Karena ketegaran itu harus kau tunjukkan agar kami tiada berteriak lapar dan sedih
Kini usiamu telah lanjut seperti bunga yang kembali merunduk setelah 1 minggu mekar,
Gurat gurat lemas di wajahmu mulai berlomba untuk bersolek,
Dan ritme nafasmu yang semakin lemah perdengarkan hembusannya
Hai ayah……ini aku tulis sebuah surat janji padamu
Rumah Allah yang ingin kau bangun nanti dalam tiga kali hela nafas, akan terbangun…
Kebahagiaan masa tuamu dalam satu kedip mata, akan bawakan tandu untuk membawamu…
Istana dunia yang ingin kau dapatkan, dalam satu sebut kau panggil namaku, kau akan berada didalamnya…
Ketenangan jiwa yang kau idamkan dalam dua kali teriakmu, akan terbirit birit untuk menghadapmu…
Senyum senyum puas dalam dua kali kau jejaki bumi, akan tergantung dengan manis di wajahmu….
Segarnya udara pagi tanpa beban, akan selalu menyapamu tanpa kau mimpikan terlebih dulu…
Dan peluk istri tercintamu akan selalu dapat kau rasakan, karena tak akan pernah ku biarkan ia mengkhawatirkan kebutuhanku…
Surat janjiku ini adalah sumpah atas nyawaku
Surat janji ini adalah harta yang menjadi jaminan atas kebahagiaanku
Jika boleh, maka biar kutukarkan semua nafas yang kumiliki dengan terkabulkannya isi suratku
Sebelum aku melihat ayah menangis bahagia dan memelukku atas terciptanya mimpimu,
Maka tak akan pernah kubiarkan tubuh ini beristirahat hingga jatuh dan terkulai untuk selamanya….
Hidupku untuk kebahagiaanmu wahai orangtuaku (Dalam rangka beribadah pada Tuhanku)…
Percaya dan yakinlah aku mampu esok…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar