Jumat, 30 Maret 2012

Catatan Kecil Tentang Dia

Dia, Kakakku. Pendiam, pemikir, peduli, cerdas.

Ia diam di saat diam itu adalah emas

Ia bersuara lebih banyak lewat tulisan dan diskusi

Ia pemikir. Mengamati fenomena social yang dialami bangsanya

Menuangkannya lewat tulisan-tulisan yang ditulisnya dalam kesenyapan

Ia peduli. Selalu gelisah dengan tingkah penguasa yang merugikan rakyat

Selalu marah kepada pemiliki modal yang mengeksploitasi bumi bangsanya secara membabi buta

Ia Cerdas. Mengaitkan berbagai masalah yang muncul, menganalisa yang belum sampai ke permukaan, dan menawarkan solusi dari sudut pandang kepemudaannya yang kritis dan memiliki idealisme

Dia, sahabatku.

Mengajariku Bahasa Inggris, berbagai masalah social-politik, pendidikan, dan hal lain di luar bidangku sebagai mahasiswi Farmasi.

Menawarkan berbagai bacaan bermanfaat, mengajakku berdiskusi, mendengar keluhan-keluhanku dari hal yang remeh-temeh sampai yang serupa gunung merapi.

Memberiku semangat untuk selalu bermimpi besar dan tidak ragu bertindak.

Katanya, peluang itu diciptakan. Jangan takut gagal!

Dia, orang tuaku.

Mengajariku bagaimana beretika sebagai seorang perempuan yang lembut

Menyuruhku makan bahkan memarahiku jika menyisakan sebutir nasi di piringku

Apa yang ia katakan? “saat makan, ingatlah bahwa nasi yang kita makan itu tidak jadi dengan sendirinya. Butuh kerja keras dan berpuluh peluh dari para petani. Ingatlah pula, di luar sana ada yang sangat kesulitan untuk mendapat sesuap nasi.”

Yah, Dia, selalu menyampaikan dengan cara yang bijak

Catatan kecil ini tentang Dia.

Kakak, sahabat, dan orang tua dalam satu tubuh

Dia, yang saat ini mengabdikan dirinya untuk anak-anak bangsa di negeri seberang

Dia, yang selalu ada dalam doa

Dia, yang selalu kurindukan suaranya

Catatan kecil ini, tentang Dia…………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar