Adakah kegiatan yang lebih menyebalkan daripada menunggu? Seseorang atau sesuatu? Sejenak atau berjenak-jenak?
Menunggu : sebuah kondisi di mana siapa pun Anda, punya tujuan atau kepentingan lain apa pun di luar sana, suka nggak suka mesti menyediakan diri untuk stay dan bahkan nggak tahu mesti berbuat apa selama masa penungguan itu.
Kalimat-kalimat yang kubaca dalam buku “Ah, Tuhan Sayang Padaku Kok…” ini sangat sesuai dengan yang kualami sekarang. Menunggu. Bukan lagi sejenak tapi sudah berjenak-jenak.
Hari ini, 25 Oktober 2011, digelar suatu kegiatan akbar bagi para penyandang gelar apoteker. Menurut rencana, kegiatan bernama Pelantikan dan Rapat Kerja Ikatan Apoteker Indonesia Sulawesi Selatan ini akan dimulai pukul 10.00 WITA.
Kulirik jam tanganku. Pukul 12.00 WITA. Huft,,, “masih mau lama!” gumamku dalam hati.
Molor…..
Sempurnalah pembunuhan waktuku dan waktu beratus orang di ruangan ini.
Kegiatan yang harusnya dimulai sejak dua jam lalu ini konon terpaksa harus diundur sampai ‘batas yang belum diketahui’ karena yang akan melantik dan membuka kegiatan ini belum nampak batang hidungnya. Yah, siapa lagi kalau bukan si 01 di provinsi tercinta ini…
Padahal, untuk hadir di tempat ini, semua (mungkin) matakuliah yang jadwalnya hari ini diliburkan. Fakultasku hening, seperti ruangan-ruangan tak berpenghuni. Semua kegiatan administrasi ditiadakan. pokoknya liburrrrr!
Celakanya, hal-hal seperti ini tak terjadi hanya di satu waktu, tapi hampir di semua kegiatan yang membutuhkan kehadiran siapapun yang bergelar 01.
Sedikit berbagi dari apa yang saya baca di buku itu, umumnya, kita (orang Indonesia) membiasakan diri untuk bersikap seperti ini saat ditunggu oleh orang yang ‘nilainya’ di bawah kita. Semakin ‘bernilai’ menguntungkan seseorang atau sesuatu tersebut, maka biasanya kita akan begitu menjaganya, perasaannya, waktunya, janjinya. Sebaliknya, semakin ‘tak bernilai’ menguntungkan ia pada kita, lazimnya kita akan begitu menyepelekannya, mengentengkannya, kendati kita tahu ia tengah menunggu kita, meluangkan waktu untuk kita, membunuh semua potensi yang bisa dilakukannya andai ia tidak sedang menunggu kita.
Ah, begitulah aku, engkau, dan kalian dalam membiasakan diri mengkalkulasi orang lain, dalam aspek apa pun…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar